Penyakit Alzheimer sering dianggap sebagai kondisi yang hanya menyerang orang lanjut usia. Namun, sekitar 3,9 juta orang di seluruh dunia yang berusia 30-64 tahun hidup dengan penyakit Alzheimer yang muncul di usia muda. Alzheimer adalah penyakit neurodegeneratif yang umumnya terjadi pada lansia, tetapi dalam beberapa kasus, bisa menyerang individu yang lebih muda. Penyakit ini dikenal sebagai suatu bentuk demensia yang gejalanya muncul sebelum usia 65 tahun. Meskipun lebih jarang terjadi, Alzheimer usia muda membawa tantangan tersendiri karena dampaknya pada karir, kehidupan sosial, dan keluarga seseorang yang masih produktif.
Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan Alzheimer yang terjadi pada usia muda juga lebih menyadari perubahan dalam aktivitas otak mereka. Hal ini dapat menyebabkan perubahan perilaku – dengan kondisi seperti depresi yang umum terjadi pada kelompok ini. Dalam otak penderita Alzheimer yang terjadi pada usia muda menyebabkan perubahan kimia yang serupa dengan yang terjadi pada Alzheimer yang terjadi pada usia lanjut. Namun, area otak yang menjadi sasaran perubahan kimia ini bisa berbeda. Penelitian telah menemukan bahwa area otak yang terlibat dalam pemrosesan informasi yang berhubungan dengan sensorik dan gerakan (korteks parietal) menunjukkan tanda-tanda kerusakan yang lebih besar. Kerusakan pada hipokampus (area otak yang penting dalam pembelajaran dan memori) juga lebih sedikit dibandingkan dengan Alzheimer yang terjadi pada usia lanjut.
Faktor Risiko
Alzheimer onset dini seringkali berkaitan dengan faktor genetik. Sekitar 5% dari semua kasus Alzheimer diklasifikasikan sebagai Alzheimer onset dini. Beberapa gen yang terlibat dalam penyakit ini meliputi:
- Mutasi Genetik: Tiga mutasi genetik utama yang berhubungan dengan Alzheimer onset dini adalah APP (Amyloid Precursor Protein), PSEN1 (Presenilin 1), dan PSEN2 (Presenilin 2). Mutasi pada gen-gen ini meningkatkan produksi protein amyloid beta, yang berperan dalam pembentukan plak di otak, menyebabkan degenerasi sel-sel saraf. Semua gen ini terkait dengan protein toksik yang diduga berkontribusi terhadap penyakit Alzheimer (beta amyloid). Ketika gen ini rusak, terjadi akumulasi beta amyloid toksik, yang terkait dengan gejala penyakit Alzheimer.
- Faktor Lingkungan dan Gaya Hidup: Gaya hidup yang tidak sehat, seperti pola makan yang buruk, kurangnya aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok, juga dapat mempercepat risiko Alzheimer pada usia muda.
Gejala Utama
Alzheimer usia muda umumnya menunjukkan gejala yang mirip dengan Alzheimer pada orang tua, meski sering kali diabaikan atau salah didiagnosis karena usia penderita yang masih muda. Beberapa gejala meliputi:
- Penurunan daya ingat: Lupa terhadap peristiwa atau informasi baru yang signifikan.
- Kesulitan dalam berpikir atau fokus: Sulit menyelesaikan tugas-tugas sehari-hari, termasuk di tempat kerja atau di rumah.
- Disorientasi ruang dan waktu: Sulit mengingat lokasi, waktu, atau bagaimana seseorang sampai ke tempat tertentu.
- Masalah bahasa: Kesulitan dalam menemukan kata-kata yang tepat atau memahami percakapan.
- Perubahan kepribadian: Individu dapat menjadi lebih mudah tersinggung, menarik diri dari interaksi sosial, atau mengalami perubahan emosi drastis.
Penanganan dan Perawatan
Demensia belum dapat disembuhkan, tetapi ada perawatan dan dukungan yang dapat membantu seseorang hidup dengan baik dengan kondisi tersebut. Perawatan yang tidak melibatkan obat-obatan juga tersedia. Ini mungkin termasuk terapi bicara untuk membantu mengatasi depresi atau kecemasan, dan berbagai bentuk perawatan (seperti terapi stimulasi kognitif) untuk membantu mengatasi beberapa gejala yang dialami orang tersebut.
Pencegahan
Meskipun Alzheimer onset dini memiliki komponen genetik yang kuat, beberapa langkah pencegahan dapat membantu menjaga kesehatan otak:
- Aktivitas Fisik: Olahraga teratur terbukti membantu meningkatkan sirkulasi darah ke otak. Satu studi menemukan bahwa ketika orang yang secara genetik cenderung mengalami Alzheimer di usia dini berolahraga selama lebih dari dua setengah jam per minggu, mereka mendapat skor lebih baik dalam tes memori daripada mereka yang tidak terlalu aktif secara fisik.
- Diet Seimbang: Pilihan diet juga dapat menurunkan risiko Alzheimer pada usia muda. Sebuah penelitian di Italia menemukan bahwa orang yang mengonsumsi banyak sayuran, buah, biji-bijian, dan ikan tampaknya memiliki risiko lebih rendah serta dapat membantu menjaga kesehatan otak.
- Latihan Kognitif: Aktivitas yang merangsang otak, seperti membaca, bermain teka-teki, dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial, dapat membantu menjaga fungsi kognitif.
- Mengelola Stres: Stres kronis dapat mempengaruhi kesehatan otak, sehingga teknik relaksasi seperti meditasi dan yoga dapat bermanfaat.
Alzheimer usia muda adalah kondisi serius yang memerlukan perhatian khusus, baik dari sisi medis maupun psikososial. Deteksi dini dan penanganan yang tepat dapat membantu penderita dan keluarganya untuk beradaptasi dengan tantangan yang dihadapi, serta memperlambat perkembangan gejala. Dukungan yang komprehensif dari tenaga medis, keluarga, dan komunitas juga sangat penting untuk membantu pasien menjalani kehidupan yang lebih baik.