Tes pendengaran merupakan salah satu tes yang tidak berbahaya bagi tubuh dan juga tidak menimbulkan rasa sakit. Tes pendengaran digunakan untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam mendengarkan suara atau kata dan melihat apakah terdapat masalah pendengaran terutama masalah pendengaran berupa hilang pendengaran. Tes pendengaran umumnya dilakukan sebagai salah satu check up terhadap perkembangan anak atau untuk atau sebagai salah satu pemeriksaan rutin dan juga untuk mengetahui kemampuan mendengar seseorang yang mempunyai keluhan mengalami kesulitan dalam pendengaran.
Tes pendengaran dilakukan dengan salah satu tujuannya untuk mengetehui apakah seseorang mengalami masalah pendengaran berupa hilang pendengaran. Hilang pendengaran dapat dialami oleh orang – orang dari berbagai usia tetapi, menurut American Family Physician, sekitar 25% dari orang – orang yang berusia di atas 50 tahun mengalami hilang pendengaran. Hilang pendengaran, jika dilihat dari penyebabnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
- Hilang pendengaran konduktif merupakan jenis hilang pendengaran yang terjadi akibat suara tidak sampai di area telinga bagian dalam. Hilang pendengaran konduktif dapat terjadi karena adanya sumbatan di saluran telinga seperti penumpukan earwax, infeksi kronis pada telinga, adanya perforasi pada gendang telinga, oteosclerosis atau pertumbuhan tulang di bagian telinga tengah secara abnormal, dan gangguan pada tulang di telinga yang bias diakibatkan karena cedera atau penyakit tertentu. Seringkali, hilang pendengaran konduktif bersifat temporer atau sementara.
- Sensori – neural Hearing Loss merupakan jenis hilang pendengaran yang terjadi karena adanya masalah di area telinga bagian dalam seperti gangguan pada koklea (koklea berperan dalam mengubah gelombang suara menjadi impuls yang akan dikirimkan ke otak) atau masalah pada syaraf pendengaran atau masalah pada bagian otak yang berfungsi dalam menterjemahkan impuls yang dikirimkan oleh telinga. Sensori – neural Hearing Loss dapat terjadi berbagai penyebab, tetapi umumnya disebabkan oleh faktor umur yang semakin bertambah. Jenis masalah hilang pendengaran ini umumnya bersifat permanen.
Hilang pendengaran juga dapat disebabkan karena defek saat lahir, trauma kepala, obat – obatan yang dapat menimbulkan efek samping pada pendengaran, hilang pendengaran sejak lahir, dan seringnya terpapar suara yang keras seperti mendengarkan suara di atas 85 dB selama beberapa jam atau seringnya mendengar suara keras karena tuntutan pekerjaan.
Tes pendengaran digunakan untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam mendengarkan suara. Suara yang dapat didengar manusia bermacam – macam bergantung dari tinggi atau rendahnya suara yang dinyatakan dalam satuan dB dan juga bergantung dari frekuensi suara yang dinyatakan dalam Hz. Suara berbisik umumnya bernilai 20 dB sedangkan suara pada konser musik berkisar pada rentang 80 – 120 dB dan suara mesin jet berkisar pada rentang 140 – 180 dB. Suara di atas 85 dB, jika didengarkan selama beberapa jam, dapat menyebabkan hilang pendengaran dan suara lain yang lebih keras dapat langsung menimbulkan rasa nyeri pada telinga hingga menyebabkan hilang pendengaran dalam waktu singkat. Selain tinggi rendahnya suara, suara juga bervariasi jika dilihat dari frekuensinya. Frekuensi suara yang dapat didengar manusia adalah 20 Hz hingga 20.000 Hz sedangkan suara manusia umumnya berkisar antara 500 Hz hingga 3.000 Hz.
Hilang pendengaran, jika dilihat dari suara dengan intensitas terkecil yang dapat didengar, maka dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan hilang pendengaran yaitu:
- Hilang pendengaran ringan dengan intensitas suara terkecil yang dapat didengar adalah 21 hingga 40dB
- Hilang pendengaran sedang dengan suara terkecil yang dapat didengar adalah 41 – 55 dB
- Hilang pendengaran agak berat dengan suara terkecil yang dapat didengar adalah 56 hingga 70 dB
- Hilang pendengaran berat dengan suara terkecil yang dapat didengar adalah 71 – 90 dB
- Profound dengan suara terkecil yang dapat didengar adalah di atas 91 dB
Tes pendengaran dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
- Pure Tone Test yang dilakukan dengan menggunakan alat bernama Audiometer. Headphone yang terhubung dengan Audiometer dipasang pada orang yang melakukan tes pendengaran. Tes pendengaran ini dikenal juga dengan nama Air Conduction Test. Respons dari orang yang melakukan tes pendengaran akan dicatat untuk menentukan batas minimal bunyi yang dapat didengar. Batas minimal bunyi yang dapat didengar dapat membantu dokter untuk menentukan jenis dan derajat tingkat hilang pendengaran yang dialami oleh orang yang melakukan tes pendengaran.
- Speech Test atau jenis tes pendengaran di mana salah satu telinga ditutup dan orang yang melakukan tes pendengaran ditanyakan apakah dapat mendengar kata yang diucapkan. Speech Test juga dapat dilakukan dengan mengggunakan Audiometer di mana Audiometer mengeluarkan beberapa kata – kata yang harus diulang oleh orang yang melakukan tes pendengaran jika mereka dapat mendengarkan kata – kata tersebut. Tes ini dapat dilakukan dengan suara yang berasal dari headphone atau suara yang berasal dari loudspeaker dalam ruang tes pendengaran. Tes ini dapat dilakukan untuk melihat seberapa jauh orang yang melakukan tes pendengaran dapat mendengarkan kata dengan dan tanpa menggunakan alat bantu dengar.
- Jenis tes pendengaran lainnya untuk mengetahui seberapa baik seseorang dapat menerima getaran yang masuk ke telinga. Tes ini dilakukan dengan menggunakan alat bernama tuning Fork atau Bone Oscillator. Jenis tes pendengaran ini dikenal juga dengan nama Bone Conduction Test.
Jenis tes pendengaran di atas dapat dilakukan sekaligus dalam satu waktu atau disebut juga tes pendengaran secara mendetil. Waktu yang diperkirakan untuk melakukan tes pendengaran secara mendetil adalah sekitar satu jam.
Tes pendengaran dilakukan di dalam ruang kedap suara. Orang yang melakukan tes pendengaran akan diminta untuk duduk dengan nyaman dan tidak berbicara selama tes berlangsung. Orang yang melakukan tes pendengaran akan memakai headphone atau earphone untuk mendengarkan suara yang dikeluarkan Audiometer, Dokter akan meminta orang yang melakukan tes pendengaran untuk mengangkat tangan seperti ketika telinga kanan mendengarkan suara maka tangan yang diangkat adalah tangan kanan dan begitu pula sebaliknya. Di beberapa tempat tes pendengaran, orang yang melakukan tes pendengaran dapat diminta untuk menekan suatu tombol apabila telinga mereka mendengarkan bunyi yang dikeluarkan Audiometer. Setelah mempedengarkan suara kepada orang yang melakukan tes pendengaran, selanjutnya Audiometer akan merekam respons tersebut dalam Audiogram. Respons dari orang yang melakukan tes pendengaran direkam untuk mengetahui tingkat sensitivitas pendengaran orang yang melakukan tes pendengaran. Sebelum atau sesudah tes pendengaran, dokter dapat melakukan tes untuk mendengar getaran yang masuk ke telinga dengan menggunakan tuning fork atau bone oscillator.
Tes pendengaran dilakukan dengan peralatan berupa Audiometer dan headphone atau speaker. Audiometer merupakan sebuah alat yang digunakan untuk tes pendengaran. Beberapa Audiometer dilengkapi dengan sebuah tombol yang diperuntukkan bagi orang yang melakukan tes pendengaran ketika mendengarkan bunyi yang dikeluarkan Audiometer. Beberapa Audiometer juga dilengkapi dengan bone oscillator untuk melihat seberapa baik telinga menerima getaran yang masuk.
Hasil dari tes pendengaran menggunakan Audiometer atau Air Conduction Test dan tes pendengaran dengan menggunakan Bone Oscillator atau dikenal dengan Bone Conduction Test dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Ketika Air Conduction Test menunjukkan adanya hilang pendengaran sedangkan Bone Conduction Test tidak menunjukkan adanya hilang pendengaran, maka dapat dikatakan bahwa orang yang melakukan tes pendengaran mengalami hilang pendengaran konduktif
- Jika Air Conduction Test dan Bone Conduction Test menunjukkan adanya hilang pendengaran pada tingkatan yang sama, maka dapat dikatakan bahwa orang yang melakukan tes pendengaran mengalami hilang pendengaran sensorineural.
- Jika Air Conduction Test dan Bone Conduction Test menunjukkan adanya hilang pendengaran tetapi pada tingkatan yang berbeda, maka dapat dikatakan bahwa orang yang melakukan tes pendengaran mengalami hilang pendengaran campuran.
Hal – hal yang harus diperhatikan terkait tes pendengaran:
- Mendengarkan musik melalui headset atau mengendarai motor dengan suara yang cukup keras atau mendengar suara lain yang cukup keras dapat mempengaruhi hasil tes pendengaran sehingga disarankan untuk tidak mendengar atau mengurangi paparan suara keras beberapa jam sebelum tes pendengaran.
- Sebelum melakukan tes pendengaran, disarankan untuk melakukan pemeriksaan terhadap telinga untuk mengetahui kemungkinan penyebab hilang pendengaran. Hilang pendengaran yang disebabkan karena penumpukan earwax dapat diatasi setelah earwax dikeluarkan dari telinga.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tes pendengaran digunakan untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam mendengarkan suara atau kata dan melihat apakah terdapat masalah pendengaran terutama masalah pendengaran berupa hilang pendengaran. Tes pendengaran dibagi menjadi beberapa tes yaitu Air Conduction Test dan speech test dengan menggunakan Audiometer dan headphone serta Bone Conduction Test dengan menggunakan bone oscillator atau tuning fork (wm).