Audiometri merupakan pemeriksaan pendengaran yang bertujuan menentukan ambang batas pendengaran seseorang, dengan melihat apakah orang tersebut berespon pada suara yang diberikan dalam frekuensi dan intensitas yang berbeda-beda. Biasanya, pasien akan ditempatkan dalam satu ruangan tertutup yang bersifat kedap suara, menggunakan earphone, lalu suara akan diperdengarkan melaluinya, dan pasien akan diminta menekan tombol atau melambaikan tangan jika mendengar suara.
Memberikan instruksi pada pasien yang menjalani pengukuran audiometri bisa jadi sangat membingungkan karena beberapa hal. Pertama, karena audiometri merupakan tes pendengaran, lingkungan tes yang digunakan harus menunjang prosedur tes tersebut – dengan kata lain, lingkungan harus sunyi sehingga pada saat prosedur dilakukan pemeriksa tidak boleh membuat keributan atau bahkan menginstruksikan ulang kembali. Kedua, karena pemeriksa tidak boleh membuat keributan dan mengganggu jalannya prosedur, komunikasi harus dilakukan seefektif mungkin agar pasien mengerti dan hasil tes valid. Dengan ruangan yang seringkali terpisah, bagaimanakah cara berkomunikasi dengan pasien saat pengukuran audiometri?
- Validasi identitas pasien
Ini adalah hal terpenting yang harus dilakukan pertama kali. Jangan sampai ketika hasil audiometri yang telah keluar ternyata bukan milik pasien yang dimaksud. Pemeriksa dapat memberikan pertanyaan terbuka mengenai nama pasien, tempat dan tanggal lahir, juga umur untuk meyakinkan bahwa pasien ini merupakan pasien uji yang benar.
- Jelaskan apa yang akan dilakukan hari ini dan tujuannya. Jangan lupa minta kesediaan pasien
“(Pak atau Bu), hari ini kita akan melakukan pemeriksaan audiometri nada murni, tujuannya adalah untuk menentukan batas pendengaran anda. Apakah bersedia?”
- Tanyakan pada pasien mengenai kondisi telinganya
Kondisi telinga yang perlu ditanyakan di antaranya adalah telinga mana yang mampu mendengar lebih baik, telinga mana yang sering dipakai menggunakan telepon, apabila pasien datang dengan keluhan telinga berdenging, tanyakan mana telinga yang berdenging, dan telinga mana yang lebih tahan terhadap suara keras.
Biasanya pemeriksaan audiometri dimulai dengan telinga yang mampu mendengar lebih baik. Apabila kemampuan kedua telinga sama, maka pemeriksaan dilakukan dari telinga kanan.
- Jelaskan prosedur dengan bahasa yang mudah dipahami namun jelas sebelum memasang earphone
“Jadi, seperti ini cara tesnya. Saya akan memperdengarkan sejumlah suara “bip” kapada anda dalam frekuensi dan intensitas yang berbeda-beda dengan acak. Suara yang diberikan bisa tinggi atau rendah, keras atau pelan. Apabila anda dapat mendengar suara yang saya berikan, segera lambaikan tangan atau tekan tombol. Apabila anda tidak dapat mendengarnya, jangan lambaikan tangan atau tekan tombol.”
- Posisikan pasien sedemikian rupa
Bimbing pasien masuk ke dalam audiometric chamber lalu posisikan pasien duduk menyamping, minimal 30o dari tempat pemeriksa mengoperasikan audiometer. Hal ini bertujuan agar pasien tidak melihat apa yang dilakukan pemeriksa sehingga pasien bisa memencet tombol walaupun tidak mendengar suara. Jangan posisikan pasien membelakangi pemeriksa karena pemeriksa juga harus mengamati wajah pasien saat dilakukan tes audiometri, apakah pasien kebingungan atau terlihat mengerti.
- Tekankan bahwa pasien tidak boleh menebak-nebak datangnya suara. Kejujuran sangat berpengaruh pada hasil tes.
- Minta pasien untuk melepas perangkat-perangkat yang mengganggu pemasangan earphone, seperti anting, kacamata, wig, permen karet, kapas dalam telinga.
- Tanyakan kesiapan pasien, jika perlu, minta pasien mengulang instruksi yang telah diberikan.Apabila pasien sudah siap dan mengerti apa yang telah diinstruksikan, maka earphone dapat dipasang dan berikan aba-aba untuk memulai tes
BACA JUGA: Perlukah Ruang Kedap Suara untuk Pemeriksaan Audiometri? Ini Jawabannya
Kesimpulannya, komunikasi yang efektif wajib dilakukan sebelum pasien memasuki audiometric chamber, karena ketika sudah memasuki audiometric chamber, pasien harus berkonsentrasi terhadap tesnya dan sudah paham mengenai apa yang harus dilakukan. Sebelum masuk ke audiometric chamber, pasien terlebih dulu harus divalidasi identitasnya dan harus dijelaskan mengenai prosedur dengan kalimat semudah namun sejelas mungkin. Setelah itu, minta pasien mengulang instruksi untuk menilai tingkat pemahaman pasien. Ketika pasien dinilai telah memahami instruksi, posisikan pasien dengan sedemikian rupa hingga pasien tidak dapat melihat pemeriksa dan audiometer dengan jelas, lalu pasang earphone dengan benar. Yang perlu diingat, komunikasi non-verbal juga harus diperhatikan oleh pemeriksa dengan cara memerhatikan mimik wajah pasien saat tes berlangsung. Dari mimik wajah dapat disimpulkan apakah pasien terlihat berkonsentrasi dengan keras, bingung saat mengerjakan, atau terlihat mengasal saat menekan tombol, yang tentu saja menjadi poin penilaian tersendiri terhadap tes audiometri yang dilakukan. (ad)