Penyakit demam berdarah dengue atau DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini kerap kali membuat masyarakat resah. Pasalnya, kondisi sebagian besar wilayah Indonesia yang tropis cukup mendukung munculnya penyakit ini, terlebih jika musim hujan tiba. Berbagai program pemerintah sudah diterapkan sejak lama untuk membasmi demam berdarah dengue, namun tetap saja hal tersebut tidak serta merta dapat menghilangkan kasus penyakit ini secara tuntas.
Bila demam berdarah dengue sedang mewabah, mungkin beberapa dari Anda ada yang pernah dikunjungi oleh petugas dari dinas kesehatan setempat. Mereka biasanya memberikan bubuk abate secara gratis untuk ditaburkan di tempat-tempat penampungan air. Manfaat dari bubuk abate ini adalah untuk membunuh jentik-jentik nyamuk yang mungkin ada di dalam penampungan air di rumah kita. Sebenarnya, seberapa bahaya jentik-jentik nyamuk tersebut dan bagaimana bisa mereka ikut serta dalam kejadian demam berdarah dengue? Mari simak ulasannya berikut ini.
Siklus Hidup Nyamuk Penular DBD
Jentik nyamuk yang berbahaya bagi penularan demam berdarah dengue tentunya jentik nyamuk Aedes aegypti, karena nyamuk jenis ini merupakan media penularan penyakit DBD. Awalnya jentik nyamuk ini berasal dari telur nyamuk Aedes aegypti betina dewasa yang mengembangbiakan telurnya di air jernih, misalnya di bak mandi, pot bunga yang ada pada halaman rumah, dan di tempat penampungan air lainnya. Perlu diketahui, bahwa dalam sekali bertelur nyamuk Aedes aegypti dewasa dapat menghasilkan hingga seratus telur. Telur nyamuk Aedes aegypti berwarna hitam dan berbentuk lonjong. Telur nyamuk ini dapat bertahan hingga enam bulan dalam kondisi kering, dan akan menetas setelah 1-2 hari terkena atau terendam air.
Setelah menetas, telur nyamuk tersebut berubah menjadi jentik. Jentik nyamuk Aedes aegypti terdiri dari kepala, thorax, dan abdomen. Di ujung abdomen terdapat sifon yang panjangnya sekitar ¼ dari panjang abdomen. Ketika dalam posisi istirahat, jentik nyamuk akan terlihat menggantung dari permukaan air dengan sifon yang berada di bagian atas. Pertumbuhan jentik nyamuk menjadi kepompong akan berlangsung selama 6 hingga 8 hari. Kepompong nyamuk berbentuk seperti tanda koma, disertai dengan gerakan yang lincah. Periode kepompong ini hanya membutuhkan waktu sekitar 1-2 hari saja. Setelah itu kepompong berubah menjadi nyamuk Aedes aegypti dewasa. Nyamuk Aedes aegypti dewasa berwarna hitam kecoklatan dan bercorak putih pada bagian kepala, thorax, abdomen, dan kakinya. Pada bagian thorax nyamuk Aedes aegypti terdapat warna putih berbentuk bulan sabit. Nyamuk dewasa inilah yang pada akhirnya dapat menjadi media penularan demam berdarah dengue.
Langkah Tepat Cegah DBD
Memang, banyak faktor yang dapat mempengaruhi kejadian demam berdarah dengue selain nyamuk Aedes aegypti. Faktor lingkungan, perubahan cuaca dan perilaku manusia adalah beberapa faktor lain yang ikut serta dalam kejadian penyakit ini. Salah satu langkah yang dinilai dapat meminimalisir penularan penyakit ini adalah dengan memutus siklus perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Caranya tidak hanya cukup dengan membasmi nyamuk dewasa saja, tetapi harus pula membasmi jentik-jentik nyamuk yang berada di sekitar lingkungan. Manfaatkan abate untuk membasmi jentik-jentik nyamuk ini. Cukup taburkan bubuk abate di sekeliling tempat penampungan air sehingga zat aktifnya dapat menempel pada dinding penampungan air.
Selain itu, jangan lupa juga untuk memantau pertumbuhan jentik nyamuk di tempat penampungan air secara berkala, menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan jentik nyamuk. Dengan membasmi jentik nyamuk, maka kita telah mencegah pertumbuhan nyamuk-nyamuk dewasa Aedes aegypti yang dapat menularkan demam berdarah dengue. Waspadalah dengan selalu mengupdate informasi kesehatan Anda melalui website kesehatan terpercaya. (pf)