WHO semakin menggalakkan gerakan anti FGM (Female Genital Mutilation) atau gerakan anti mutilasi organ genital perempuan. Hal ini berdasar pada praktik FGM yang banyak terjadi negara – negara Afrika yang melakukan tindakan tersebut dengan cara dan tujuan tradisional.
Menurut WHO, FGM adalah semua prosedur yang menyebabkan pemotongan sebagian atau seluruhnya dari organ genital eksternal wanita, atau menyebabkan luka pada organ genital wanita untuk tujuan non-medis. Lebih dari 130 juta gadis dan wanita telah menjalani FGM di seluruh dunia, di lebih dari 29 negara di Afrika, sebagian timur tengah, Asia Tenggara, dan negara lain di mana terdapat imigran pelaku FGM.
Menurut WHO pula, FGM dikelompokkan menjadi 4 tipe :
- Tipe 1 – Clitoridektomi : yaiut pemotongan sebagian atau seluruhnya bagian klitoris pada vagina perempuan. Klitoris adalah bagian kecil, sensitive, dan untuk ereksi pada wanita, dan di beberapa kasus yang jarang, hanya membuang prepuce (lipatan kulit yang menutupi klitoris)
- Tipe 2 – eksisi : pemotongan sebagian atau seluruhnya dari klitoris dan labia minora. Dengan atau tanpa pemotngan labia majora.
- Tipe 3 – Infibulasi : proses menyempitkan lubang vagina dengan memasang selaput penutup. Selaput ini dibuat dengan memotong dan memasang ulang labia dalam atau luar dengan atau tanpa pembuangan klitoris.
- Tipe 4 – lainnya : semua prosedur berbahaya terhadap organ genital wanita untuk tujuan non-medis, misalnya : piercing, pemotongan, atau kateterisasi area genital.
Tidak ada penjelasan khusus dari WHO terkait “Clitoral unhooding” dalam FGM ini.
Clitoral unhooding sendiri adalah prosedur pembuangan kulit penutup klitoris tanpa mengganggu klitoris. Di beberapa negara di Amerika, prosedur ini justru dilakukan secara sengaja di klinik sebagai bentuk terapi gangguan orgasme pada wanita. Klitoris yang tertutup kulit “hood” diduga menjadi penyebab gagal orgasme bagi perempuan.
Khitan pada wanita menurut beberapa kalangan, lebih kepada tindakan “clitoral unhooding” yaitu pembuang selaput prepuce di organ genital wanita yang menutupi klitoris agar klitoris lebih terekspos, dan bukan seperti FGM menurut WHO.
Beberapa saran terkait kontroversi “khitan wanita” :
- WHO sebaiknya melakukan penelitian mengenai ada atau tidak adanya manfaat medis dari prosedur “clitoral unhooding”. Bila ternyata clitoral unhooding justru bermanfaat, bisa jadi prosedur ini justru disarankan sebagai bentuk resmi yang aman untuk prosedur khitan wanita. Dengan kata lain, bisa jadi clitoral unhooding dijadikan batasan prosedur khitan wanita.
- Bila WHO melarang FGM berdasar dari 4 kategori di atas, hal tersebut adalah tindakan yang benar. Tetapi bila sebagian masyarakat mendefinisikan dan mempratikkan khitan wanita adalah clitoral unhooding, dan bukan termasuk FGM, seharusnya antara khitan-FGM dan khitan-clitoral unhooding diberi batasan perbedaan yang jelas.
- Bila khitan mengarah ke FGM sebaiknya dilarang, tetapi bila khitan mengarah ke clitoral unhooding, sebaiknya diteliti lebih lanjut mengenai manfaat versus resikonya.
Kamera Vagina untuk Kontrol Kesehatan Vagina
Kesehatan vagina memang merupakan hal yang sangat penting diperhatikan mengingat angka kematian akibat kanker serviks di seluruh dunia terus meningkat. Pemeriksaan rutin vagina cukup penting dilakukan, misalnya dengan pap-smear atau pemeriksaan lengkap. Pemeriksaan ini dapat pula dilakukan oleh professional kesehatan dengan kamera vagina untuk melihat dengan jelas kondisi vagina saat diperiksa.