Akhir tahun identik dengan musim hujan, setidaknya itu yang terjadi di Indonesia. Tidak bisa dipandang sebelah mata, penyakit ini muncul pertama kali pada abad ke-27 SM di Cina dan di seluruh dunia kasusnya tidak banyak menurun hingga saat ini. Di Indonesia sendiri prevalensinya masih cenderung tinggi yaitu mencapai 417.819 kasus positif pada 2012 menurut data Kementerian Kesehatan, dan 70% terdapat di wilayah Indonesia Timur, di antaranya Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi dan Nusa Tenggara.
Patofisiologi Malaria
Penyakit ini disebabkan oleh protozoa parasit (Plasmodium) yang ditransmisikan oleh nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Gigitan nyamuk Anopheles betina yang air liurnya mengandung parasit plasmodium inilah yang dapat masuk ke dalam aliran darah dan selanjutnya menyebabkan malaria. Ada 4 spesies Plasmodium yang menyebabkan malaria pada manusia: P. falciparum, P. vivax, P. ovale, dan P. malariae, akan tetapi di Indonesia yang banyak dijumpai adalah spesies P. falciparum dan P. vivax. Masa inkubasi sejak awal terinfeksi malaria hingga muncul gejala berbeda-beda pada masing-masing spesies. Masa inkubasi 9 hingga 14 hari untuk P. falciparum dan 12 hingga 18 hari untuk P. vivax dan P. ovale. Penyakit ini masih merupakan faktor penyebab kematian cukup tinggi terutama pada kelompok resiko tinggi, seperti bayi, balita, dan ibu hamil sehingga pemerintah cukup concern pada pengendalian penyakit ini. Menurunnya angka penderita malaria juga merupakan salah satu indikator Millenium Development Goals (MDGs), atau Target Pembangunan Millenium 2015.
Program Pengendalian Malaria
Pemerintah berupaya mengendalikan penyakit ini melalui salah satunya, Program Pemberantasan Malaria yang mencakup deteksi dini, pengobatan cepat dan tepat, serta surveilans dan pengendalian vektor malaria. Deteksi dini dan pemberian obat antimalaria yang efektif akan mengurangi progresifitas malaria, mengingat malaria dapat mengakibatkan beberapa komplikasi : malaria serebri, hipoglikemia, asidosis, hingga gangguan ginjal dan disfungsi hati. Pemeriksaan sediaan darah merupakan bentuk deteksi dini yang paling awal, dapat menggunakan mikroskop, namun cara ini membutuhkan tenaga mikroskopis yang berpengalaman. Solusi lain untuk daerah-daerah endemik yang minim fasilitas dan tidak tersedia mikroskop menggunakan Rapid Diagnostic Test (RDT). RDT menjadi pilihan di Indonesia, bahkan secara luas pernah digunakan untuk Mass Blood Survey (MBS) di 14 provinsi.
Deteksi Malaria
Rapid Diagnostic Test (RDT) tersedia dalam bentuk dipstick atau cassette dengan prinsip kerja mendeteksi antigen spesifik yang dihasilkan oleh parasit yang berada dalam sirkulasi darah orang yang terinfeksi. Cara penggunaannya cukup mudah, darah pasien biasanya diambil menggunakan finger prick, kemudian spesimen darah diletakkan pada sample pad yang terletak di test card bersama dengan beberapa reagen. Saat ini RDT yang tersedia dapat mendeteksi dua jenis antigen malaria, satu untuk P. falciparum, dan untuk 3 spesies plasmodium lain penyebabnya. Setelah 15-20 menit, akan dapat dideteksi apakah pasien terinfeksi P. falciparum atau salah satu dari tiga spesies lainnya.
RDT tidak dapat mendeteksi beberapa infeksi penyakit ini dengan spesies P. ovale dan P. malariae, karenanya pasien dengan hasil RDT negatif harus di follow up dengan tes darah menggunakan mikroskop, dan pasien dengan positif RDT yang tidak merespon pengobatan dini antimalaria harus dievaluasi kemungkinan penyebab lain dari gejala dan perlu melakukan pemeriksaan sediaan darah dengan menggunakan mikroskop untuk menentukan kemungkinan resistensi obat.
Program-program penanggulangan penyakit ini akan terus digalakkan, karena penyakit ini tidak pernah berhenti menjadi kasus endemik bahkan sempat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa wilayah di Indonesia. Upaya mandiri proteksi diri harus terus dilakukan terutama bagi mereka yang tinggal di daerah endemik, dengan cara mengurangi paparan terhadap nyamuk, misalnya dengan tinggal di dalam rumah mulai senja hingga fajar, penggunaan kelambu yang telah disemprot dengan insektisida, dan penggunaan mosquito repellent.
“..It is impossible to calculate the harm malaria has done to the world.” – Bill Gates. (uc)