Resusitasi jantung paru merupakan suatu teknik untuk menyelamatkan nyawa pada keadaan gawat darurat di mana seseorang mengalami henti jantung atau cardiac arrest dan henti nafas.
Cardiac Arrest dapat disebabkan oleh berbagai hal dan penyebab cardiac arrest pada dewasa dan anak – anak berbeda.
Beberapa penyabab cardiac arrest pada orang dewasa yaitu:
- Masalah atau penyakit pada jantung
- Trauma
- Penyakit pada system pernafasan
Beberapa penyebab cardiac arrest pada anak – anak yaitu:
- SIDS atau sudden infant death syndrome
- Penyakit atau masalah pada jantung (umumnya bersifat kongenital atau dari kelainan jantung dari lahir)
- Trauma
- Penyakit pada system pernafasan
American Heart Association merekomendasikan bahwa semua orang memberikan RJP apabila menemukan orang dewasa dan anak (kecuali bayi baru lahir) yang mengalami henti jantung dan henti nafas. Adapun rekomendasi American Heart Association tersebut jika dilihat secara mendetail yaitu:
- Orang yang belum mendapatkan pelatihan resusitasi jantung paru disarankan untuk memberikan kompresi dada saja
- Orang yang sudah mendapatkan pelatihan resusitasi jantung paru tapi tidak percaya diri untuk melakukan resusitasi jantung paru disarankan untuk memberikan kompresi dada saja
- Orang yang sudah mendapatkan pelatihan resusitasi jantung paru dan siap untuk melakukan resusitasi jantung paru disarankan untuk memberikan kompresi dada dan nafas bantuan.
Ketika jantung berhenti berdetak, kurangnya aliran darah yang mengandung oksigen dapat menimbulkan kerusakan otak di mana bahkan otak dapat tidak berfungsi lagi jika tidak mendapatkan aliran darah kaya oksigen dalam waktu tiga hingga empat menit saja. Seseorang akan meninggal apabila jantung berhenti berdetak dalam waktu 8 – 10 menit.
Resusitasi jantung paru berguna untuk mengalirkan darah yang mengandung oksigen ke otak dan organ vital lain hingga adanya bantuan klinis untuk mengembalikan detak jantung.
Langkah – langkah untuk memberikan resusitasi jantung paru:
- cek apakah terdapat bahaya di sekitar penyelamat atau orang yang akan diselamatkan seperti sedang berada di jalan atau apakah terdapat gas yang dapat membahayakan tubuh di sekitar lokasi penyelamatan
- cek apakah orang yang dicurigai mengalami cardiac arrest memberikan respons ketika dipanggil atau dipukul ringan. cek pula nadi dan pernafasan orang yang akan diberikan resusitasi apakah orang tersebut masih bernafas normal atau tidak
- panggil bantuan dari lokasi tenaga kesehatan terdekat
- berikan kompresi dada
- jika pernah mendapatkan pelatihan mengenai resusitasi jantung paru dan percaya untuk melakukan nafas bantuan, maka buka jalan nafas orang yang diselamatkan dan berikan nafas bantuan
- lakukan resusitasi jantung paru hingga tenaga kesehatan dan alat defibrillator tersedia
Terkait dengan resusitasi jantung paru, American Heart Association, pada 2015 lalu, mengeluarkan guideline terbaru terkait RJP. Dalam Guideline terbaru tersebut, terdapat beberapa hal baru atau beberapa hal yang diupdate yaitu:
- Adanya dua petunjuk penyelamatan orang yang mengalami cardiac arrest. Petunjuk pertama untuk menyelamatkan orang yang mengalami cardiac arrest di dalam rumah sakit dan petunjuk kedua untuk menyelamatkan orang yang mengalami cardiac arrest di luar rumah sakit. Perbedaan kedua petunjuk tersebut adalah pada petunjuk untuk menyelamatkan orang yang mengalami cardiac arrest di luar rumah sakit, terdapat langkah memanggil petugas kesehatan dan ambulans sebelum melakukan resusitasi jantung paru.
- Adanya rekomendasi bagi masyarakat untuk memanfaatkan social media dalam pemberian resusitasi jantung paru. Social media dapat dimanfaatkan untuk mengetahui orang yang dapat melakukan resusitasi jantung paru yang berada dalam jarak dekat.
- Adanya rekomendasi untuk membentuk tim cepat tanggap terhadap kejadian gawat darurat dengan tujuan untuk mengurangi jumlah cardiac arrest. Tim ini direkomendasikan dibentuk bagi pasien dewasa dan pasien anak yang berisiko tinggi dapat mengalami kejadian gawat darurat.
- Adanya rekomendasi untuk membuat program PAD (public – access defibrillation) atau akses public terhadap defibrillator di tempat umum dengan risiko akan adanya orang yang dapat mengalami cardiac arrest. Beberapa tempat umum yang direkomendasikan untuk program PAD adalah bandara dan sarana olahraga.
- Adanya rekomendasi bagi orang – orang yang memberikan resusitasi jantung paru untuk membedakan orang yang membutuhkan resusitasi jantung paru atau tidak. Dalam Guideline terbaru, orang yang membutuhkan resusitasi jantung paru adalah orang yang tidak memberikan respons dan henti nafas atau bernafas secara tidak normal.
- Adanya rekomendasi bagi penyelamat yang belum terlatih untuk memberikan resusitasi jantung paru hingga tibanya tenaga kesehatan yang telah terlatih dalam memberikan resusitasi jantung paru dan nafas bantuan atau hingga orang yang mengalami cardiac arrest mulai bergerak atau memberikan respons.
- Adanya rekomendasi bagi orang dewasa yang mengalami cardiac arrest, kompresi dada yang diberikan adalah sebanyak 100 – 120 kali/menit. Hal ini berbeda dengan Guideline tahun 2010 yang merekomendasikan kompresi dada minimal 100 kali/menit karena menurut penelitian risiko kedalaman kompresi dada tidak sesuai akan meningkat apabila jumlah kompresi dada melebih 120 kali/menit.
- Guideline terbaru memberitahukan bahwa kedalaman kompresi dada minimal sebesar 5 cm dan disarankan untuk menghindari kedalaman kompresi dada yang berlebihan yaitu sekitar 6 cm karena kedalaman kompresi dada yang berlebih dapat menimbulkan cedera walaupun cedera tersebut tidak membahayakan nyawa.
- Tenaga kesehatan disarankan untuk tetap memberikan kompresi dada dan nafas bantuan bagi pasien yang mengalami cardiac arrest dan terlepas dari penyebab cardiac arrest tersebut apakah disebabkan oleh masalah pada jantung atau masalah di luar organ jantung.
- Guideline terbaru memberitahukan bahwa di antara kompresi dada, disarankan bagi pemberi kompresi dada untuk tidak meletakkan tangan di dada dengan tujuan untuk memberikan chest recoil yang maksimal.
- Guideline terbaru memberitahukan bahwa jika terdapat dua orang yang terlatih dalam resusitasi jantung paru maka satu orang bertugas untuk memberikan kompresi dada secara kontinyu dan satu orang lainnya bertugas untuk memberikan bantuan nafas setiap enam detik sekali.
- Guideline terbaru merekomendasikan penggunaan mechanical chest compression device dapat dijadikan sebagai alternative pada beberapa contoh situasi berikut ini: jumlah pemberi resusitasi jantung paru terbatas, resusitasi jantung paru pada keadaan hypothermic cardiac arrest, atau resusitasi jantung paru dalam ambulans.
- Guideline terbaru memberitahukan bahwa untuk pasien anak, langkah resusitasi jantung paru yang direkomendasikan adalah CAB (Compression – Airway – Breathing).
- Guideline terbaru merekomendasikan bahwa kedalaman kompresi dada yang disarankan adalah 1/3 diameter anteroposterior dada atau sekitar 4 cm pada balita hingga 5 cm pada anak – anak. Pada anak – anak yang telah memasuki usia remaja, kedalaman kompresi dada yang direkomendasikan sama dengan rekomendasi kedalaman dada bagi orang dewasa yaitu minimal 5 cm dan maksimal kurang dari 6 cm.
- Guideline terbaru merekomendasikan bahwa jumlah kompresi dada yang diberikan bagi anak dengan cardiac arrest adalah 100 – 120 kali/menit.
Resusitasi jantung paru merupakan tindakan yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan nyawa orang lain. Resusitasi jantung paru disarankan untuk dilakukan oleh semua orang apabila menemukan seseorang yang dicurigai mengalami cardiac arrest. Walaupun begitu, pelaksanaan resusitasi jantung paru tidak terlepas dari pedoman yang berlaku. Pedoman Resusitasi Paru terbaru, yang dikeluarkan American Heart Association di tahun 2015, mempunyai beberapa poin penting berupa poin – poin baru atau poin – poin yang diupdate dari pedoman sebelumnya. (wm)
Kunjungi Medicalogy untuk menemukan berbagai penawaran Alat Resusitasi Jantung Paru dengan harga yang terjangkau.