Test kesehatan atau medical check up adalah suatu pemeriksaan riwayat kesehatan seseorang yang dapat dilakukan baik di rumah sakit, klinik, ataupun praktek dokter pribadi. Medical check up ini kerap kali dijadikan sebagai salah satu persyaratan administrasi untuk berbagai hal seperti untuk pendaftaran sekolah/perguruan tinggi maupun untuk melamar pekerjaan. Dalam medical check up tentunya terdapat serangkaian pemeriksaan yang harus dipenuhi. Serangkaian pemeriksaan ini dapat berbeda, biasanya tergantung dari jenis ataupun paket medical check up yang kita inginkan. Walaupun demikian, dalam serangkaian proses medical check up terdapat beberapa pemeriksaan yang umumnya dilakukan. Pemeriksaan tersebut biasanya meliputi pemeriksaan antropometri (tinggi badan dan berat badan), pemeriksaan thorax (rontgen paru-paru), pemeriksaan laboratorium yang mencakup pemeriksaan urin (biasanya terkait dengan narkoba) dan pemeriksaan darah. Khusus untuk pemeriksaan darah, ada beberapa point pula yang dinilai, salah satunya yang tak luput dari penilaian adalah pemeriksaan serum/serologi HBsAg. Nah, apakah Anda sudah mengetahui apa itu HBsAg?
Mengenal HBsAg
Sebagai orang awam, istilah HBsAg mungkin masih terdengar asing di telinga kita. HBsAg atau Hepatitis B surface Antigen adalah suatu protein permukaan virus hepatitis B. HBsAg berada pada lapisan luar virus hepatitis B yang dapat memicu reaksi dari sistem kekebalan tubuh seseorang. Keberadaan HBsAg dalam tubuh dapat menjadi indikator adanya virus hepatitis B. Dengan kata lain pemeriksaan HBsAg pada suatu medical check up bertujuan untuk mendeteksi dan mendiagnosis infeksi virus hepatitis B ataupun sebagai penanda awal infeksi penyakit ini.
Menurut hasil riset kesehatan yang dilakukan pada tahun 2013 lalu, prevalensi HBsAg di Indonesia adalah 7,2%. Angka ini memang lebih rendah dari hasil riset kesehatan sebelumnya (tahun 2007) yang mencapai 9,4%. Sebisa mungkin kadar HBsAg dalam tubuh seseorang rendah atau bahkan tidak terdeteksi sama sekali untuk mencegah agar penyakit hepatitis B tidak bersarang dalam tubuhnya.
Apakah Penyakit Hepatitis B Termasuk Penyakit Yang Parah?
Terkait dengan pemeriksaan serologi HBsAg, ada satu penyakit yang akan mengintai jika ternyata hasil pemeriksaan HBsAg adalah positif. Penyakit tersebut adalah hepatitis B. Sedemikian pentingnya pemeriksaan HBsAg dalam medical check up membuat suatu tanda tanya besar, apakah penyakit hepatitis B merupakan penyakit yang parah dan mengerikan?
Hepatitis B adalah suatu penyakit infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Infeksi ini dapat mengakibatkan kerusakan pada hati yang selanjutnya akan memicu kanker hati. Seringkali orang-orang yang terinfeksi virus ini tidak menyadari kalau mereka telah terinfeksi. Hal tersebut dikarenakan gejala dari penyakit ini cenderung terlihat biasa dan penderitanya pun akan terlihat sehat serta baik-baik saja. Awalnya penderita akan mengalami gejala-gejala seperti flu, demam ringan, mual, muntah, mudah lelah, diare, nyeri sendi, dan nafsu makan menurun. Tetapi apabila perkembangan penyakit ini telah berlanjut barulah terlihat gejala khas hepatitis B seperti perubahan warna feses dan urin (urin menjadi berwarna gelap seperti teh tua), rasa tidak nyaman di perut, serta mata dan kulit yang tampak menguning (jaundice).
Baca juga : 5 Penyakit Ini Bisa Dideteksi Dari Urin
Hasil riset kesehatan tahun 2013 memperkirakan sebanyak 18 juta orang memiliki hepatitis B, dan sekitar 600.000 orang meninggal setiap tahunnya karena penyakit hati serius yang diakibatkan oleh infeksi hepatitis B kronis. Jika selama ini banyak orang yang takut tertular virus HIV maka perlu Anda ketahui pula bahwa virus hepatitis B ini pun menular. Bahkan penularan virus ini bisa 100 kali lebih mudah dibandingkan virus HIV dan virus hepatitis B dapat bertahan hidup selama 1 minggu di luar tubuh. Virus hepatitis B tidak menular melalui makanan, minuman, kontak fisik semata, dan juga ASI, tetapi penularannya melalui darah dan cairan tubuh manusia dengan cara:
- Kontak seksual, misalnya berganti-ganti pasangan dan berhubungan seks tanpa menggunakan alat pengaman.
- Penggunaan jarum suntik yang berulang (menggunakan jarum suntik yang sudah terkontaminasi darah penderita hepatitis B) termasuk jarum suntik ketika transfusi darah, jarum akupunktur, tatto, dan tindik, ataupun jarum suntik sesama pengguna narkoba.
- Kontak dengan jarum suntik secara tidak sengaja, misalnya petugas kesehatan yang tidak sengaja tertusuk jarum suntik pasien pengidap hepatitis B.
- Penularan dari ibu yang sedang hamil ke bayinya pada saat persalinan.
Baca juga : Hati-hati, Beberapa Penyakit Ini Menular Lewat Jarum Suntik
Bagaimana Jika Hasil Pemeriksaan HBsAg Positif?
Dalam pemeriksaan HBsAg sangat diharapkan hasilnya adalah negatif. Namun bagaimana jika ternyata pemeriksaan tersebut menghasilkan nilai positif? Munculnya hasil positif atau reaktif pada pemeriksaan HBsAg menunjukkan bahwa organ hati seseorang melepaskan protein hepatitis B ke dalam darah. Kondisi demikian mengindikasikan adanya infeksi. Sederhananya, jika HBsAg positif maka dalam tubuh seseorang sudah terdapat virus hepatitis B dan ia dianggap telah terinfeksi penyakit tersebut. Namun memang belum diketahui apakah hepatitis B yang terdapat dalam tubuhnya bersifat akut atau kronis.
Apa bedanya hepatitis B yang bersifat akut dan kronis? Hepatitis B akut adalah ketika peradangan berlangsung singkat yaitu virus hepatitis B tinggal di dalam tubuh seseorang hanya sekitar 30-90 hari. Infeksi hepatitis B akut ini biasanya dialami oleh orang dewasa. Jika seseorang mengalami hepatitis B akut maka sistem kekebalan tubuhnya biasanya akan dapat melenyapkan virus ini dari tubuh dan ia akan sembuh dalam beberapa bulan.
Berbeda halnya dengan hepatitis B kronis. Peradangan akan berlangsung hingga lebih dari 6 bulan dan jenis hepatitis ini lebih sering dialami oleh bayi dan anak-anak. Penderita hepatitis B kronis dapat menularkan virus meski tanpa menunjukkan gejala apapun. Seseorang perlu waspada jika ternyata dirinya terinfeksi hepatitis B kronis karena kondisi ini dapat berlanjut ke sirosis hati, yaitu kerusakan organ hati yang berkelanjutan dan akhirnya membentuk jaringan luka atau parut. Jika sirosis hati dibiarkan maka selanjutnya akan mengakibatkan kanker hati.
Seseorang yang mendapatkan hasil positif pada pemeriksaan HBsAg akan dilakukan pengulangan tes setelah 6 bulan dari waktu pemeriksaan pertama. Hal ini dilakukan untuk menentukan infeksi sudah sembuh atau malah bersifat kronis. Jika pada 6 bulan berikutnya hasil pemeriksaan HBsAg negatif maka ia dinyatakan sembuh. Tetapi jika ternyata pada 6 bulan berikutnya hasil yang diperoleh masih positif artinya hepatitis B yang dideritanya bersifat kronis. Apabila kondisinya demikian, maka umumnya dokter akan mengevaluasi lebih lanjut dengan melakukan USG hati, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan lainnya yang diperlukan untuk menilai tingkat kerusakan hati. Untuk selanjutnya, dokter akan terus memantau kondisi hepatitis B setidaknya dua kali setahun.
Itulah ulasan mengenai pemeriksaan HBsAg dan kaitannya dengan hepatitis B. Untuk mencegah penularan penyakit ini Anda dapat melakukan beberapa langkah seperti menghindari kontak darah langsung dengan orang lain melalui berbagai alat yang bisa terkontaminasi darah (jarum suntik, pisau cukur, sikat gigi, dll), hindari hubungan seks yang tidak aman, serta melakukan vaksinasi pencegahan penularan hepatitis B. Ingin tahu bagaimana kondisi HBsAg Anda? Anda dapat melakukannya dengan cepat menggunakan alat rapid test HBsAg. Hanya dengan waktu kurang dari 20 menit, rapid test HBsAg dapat mengetahui kondisi HBsAg Anda secara akurat. Dapatkan rapid test HBsAg dan alat kesehatan lainnya hanya di website kesehatan terpercaya, Medicalogy. (pf)
saya bekerjandi salah satu rumah sakit…saya tenaga kebersihan dan saya saat membuang sampah infeksius terkena cairan darah disampah yang tercampur dengan sampahbinfeksi dan ternyata disampah itu secara tidak sengaja tercampur sampah infeksi darah pasien hbsag,,,saya ragu apakah saya terkontaminasi cairan infeksi tersebut atau tidak karena tenaga medis ditempat saya bersihkan juga kecolongan…apa yg harus saya lakukan sebagai antisipasi
Dear, silakan periksakan darah Anda ke lab ya