Seorang penderita infeksi Virus Hepatitis B (HBV) kronis, jika tidak diobati dapat berkembang menjadi sirosis (kerusakan organ jaringan hati) dan karsinoma hepatoseluler (kanker hati). Virus hepatitis dapat menyerang semua usia bahkan usia anak dibawah 5 tahun. Infeksi Virus Hepatitis B (HBV) kronis merupakan peradangan sel hati yang berawal dari DNA yang diselimuti virus hepatitis B kemudian menginfeksi organ hati dan menyebabkan hilangnya fungsi sel-sel hati serta peradangan yang dapat berakibat terjadinya gagal hati akut. Wabah penyakit hepatitis B banyak terjadi diberbagai negara meskipun program vaksinsi telah diterapkan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan penggunaan tes non-invasif untuk menentukan stadium penyakit hati serta memprioritaskan pengobatan bagi orang-orang yang berisiko tinggi terhadap perkembangan penyakit dan kematian, termasuk penderita sirosis, non penderita sirosis, pasien dengan kadar DNA HBV yang tinggi (>20.000 IU/mL), dan peningkatan alanine aminotransferase (ALT) yang terus-menerus. Pedoman profesional lainnya dari Asosiasi Asia-Pasifik untuk Studi Hati (APASL), Asosiasi Amerika untuk Studi Penyakit Hati (AASLD), dan Asosiasi Eropa untuk Studi Hati (EASL) membuat rekomendasi yang serupa untuk kelayakan pengobatan, meskipun dengan beberapa perbedaan dalam ambang batas ALT dan DNA HBV untuk pengobatan, terutama di negara berkembang.
Nilai normal SGOT 5–40 µ/L (mikro per liter) dan SGPT 7–56 µ/L (mikro per liter), jika seseorang memiliki kadar SGOT dan SGPT lebih tinggi dari standar normal artinya terdapat masalah fungsi hati. Enzim SGOT dan SGPT berfungsi mencerna protein dalam tubuh, jika terlalu tinggi akan dikeluarkan oleh hati melalui pembulu darah. Selain itu penderita hepatitis umumnya ditandai dengan terjadinya penurunan jumlah trombosit dalam darah. Penyebab seseorang terserang virus hepatitis B berawal dari beberapa faktor berikut:
- Konsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan
- Jarum suntik
- Transfusi darah
- Hubungan seksual lebih dari satu pasangan
- Sanitasi lingkungan yang buruk
- Kebiasaan membuang sampah sembarangan
- Air liur penderita
- Pembuatan tato atau tindik
- Transplantasi organ tubuh
- Penderita HIV
Keluarga yang kontak serumah maupun masyarakat dengan HBsAg positif lebih berpotensi untuk tertular virus hepatitis B. Pemeriksaan kontak serumah sangat penting dilakukan untuk mengetahui apakah ada keluarga yang terinfeksi virus hepatitis B supaya segera dilakukan pengobatan dan penanganan lebih lanjut. Penyakit hepatitis B termasuk dalam salah satu dari banyaknya penyebab kematian wanita didunia dan merupakan penyakit hati yang paling sering terjadi pada ibu hamil. Penularan hepatitis B dari ibu ke anak berisiko sebesar 90% hingga 95%. Pada wanita hamil, penyakit ini dapat menyebabkan efek koagulasi, kegagalan organ, abortus, persalinan prematur, perdarahan dan peningkatan mortalitas maternal pada bayi baru lahir. Sehingga Kemenkes RI berupaya melakukan deteksi dini terhadap infeksi virus hepatitis B pada ibu hamil dan mencegah dengan cara pemberian vaksin yang aman dan efektif kepada masyarakat.