Keistimewaan Tensimeter Aneroid

Tensimeter Aneroid (atau penunjuk jarum) yang bergantung pada auskultasi makin populer, sama seperti alat yang bergantung pada osilasi. Peralatan osilasi menghasilkan hasil bacaan digital dan bekerja berdasarkan prinsip bahwa darah mengalir lewat arteri di antara tekanan sistolis dan diastolis menyebabkan getaran pada dinding arteri yang bisa dideteksi dan diubah menjadi sinyal elektrik.

Dengan tensimeter tipe aneroid (osilasi), manset dipompa pada lengan atas atau pergelangan. Model yang baru memakai “fuzzy logic” untuk memutuskan berapa pompaan yang diperlukan untuk mencapai tekanan sekitar 20 mmHg diatas tekanan sistolik untuk tiap individu. Saat pompaan sudah maksimal, tidak ada aliran darah melalui arteri. Saat manset mengempis dibawah tekanan sistolis, tekanan yang berkurang mendesak arteri sehingga darah mengalir dan menimbulkan getaran pada dinding arteri. Saat tekanan manset turun dibawah tekanan diastolis, darah mengalir dengan normal tanpa menimbulkan getaran. Getaran muncul pada bagian dimana tekanan manset cukup tinggi sehingga darah harus mendorong dinding arteri supaya terbuka dan dapat mengalir masuk.

Getaran dikirim dari dinding arteri, melewati udara dalam manset, ke pendeteksi pada alat pengukur yang mengubah perhitungannya menjadi sinyal elektrik.

Alat digital ini mengempis sekitar 4 mmHg per detik, membuat pemakaiannya lebih lambat dari alat auskultasi aneroid, namun lebih akurat.

Arrhythmia menyebabkan getaran tambahan pada dinding arteri, sehingga menimbulkan masalah dalam pengukuran tekanan darah. Manula memiliki arteri yang kurang elastis, tetapi getaran terlemah pun dapat dideteksi dengan alat osilometer dan ukuran manset yang tepat. Manset harus melingkari 80% keliling lengan.