Dijamin original dan bergaransi
Fibrilasi Ventrikel / Ventricular Fibrillation (VF)
Dalam defibrilator bifasik listrik arus dalam satu arah selama fase pertama dan berbalik arah pada fase kedua (sehingga melewati jantung dua kali). Defibrillator bifasik mampu memanfaatkan jumlah joule yang sedikit dan membuat sedikit kerusakan miokard yang sama atau lebih baik bila dibandingkan dengan defibrillator monofasik. Teknologi bifasik sedang digunakan dalam Automatic Internal Cardiac Defibrillators (AICDs) dan Automated External Defibrillators (AEDs). Saat ini masih dilakukan penelitian pada defibrilator bifasik dan belum terdapat rekomendasi oleh American Heart Association dalam hal tingkat joule yang akan digunakan selama VF atau VT tanpa nadi (American Heart Association, 1998). Banyak literatur menyebutkan bahwa untuk VF/PVT 150 joule, 150 joule, 150 joule pada tiga shock berturut-turut.
Henti Jantung biasanya mendadak dan merupakan manifestasi komplikasi penyakit jantung dan pembuluh darah yang paling sering diketahui dan bersifat fatal. Sampai saat ini kejadian henti jantung mendadak merupakan penyebab kematian tertinggi di Amerika dan Kanada. Sedangkan di Indonesia, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 , disebutkan prevalensi nasional penyakit jantung sebesar 7,2 % , namun angka kejadian henti jantung mendadak belum didapatkan.
Henti jantung (cardiac arrest) adalah suatu keadaan dimana sirkulasi darah berhenti akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif. Secara klinis, keadaan henti jantung ditandai dengan tidak adanya nadi dan tanda-tanda sirkulasi lainnya. Henti jantung dapat disebabkan oleh 4 jenis irama jantung (berdasar gambaran elektrokardigrafi) yang tidak normal, antara lain :
- Fibrilasi Ventrikel / Ventricular Fibrillation (VF)
- Takikardia ventrikel tanpa nadi / pulseless ventricular tachycardia (VT)
- Pulseless Electrical Activity (PEA)
-Asistol.
Sebagian besar kejadian henti jantung mendadak yang terdokumentasi memperlihatkan irama Ventricular Fibrillation (VF). Menurut panduan bantuan hidup jantung dasar dan lanjut dari PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia), Untuk mempertahankan kelangsungan hidup, terutama jika henti jantung mendadak tersebut disaksikan, maka diperlukan integrasi dari tindakan bantuan hidup jantung dasar, lanjut serta perawatan pasca henti jantung. Keberhasilan Bantuan hidup jantung lanjut ditandai dengan peningkatan survival korban, tergantung oleh Tindakan Resusitasi Jantung paru yang berkualitas dan untuk kasus dengan gambaran irama VT/VF tanpa nadi diperlukan defibrilasi segera dengan alat Defibrilator.